Maju bukan hanya Semboyan

1197 views
Maju bukan hanya Semboyan

Sumber: transperancy.org

Muzakki*

 

Kabinet Indonesia Maju” adalah slogan kabinet di bawah kepemimpinan presiden Jokowi periode kedua (2019-2024). Apa maksudnya?

Secara umum, negara terbagi ke dalam tiga kelompok; yakni negara maju, berkembang, dan terbelakang. Kelompok masyarakat dari tingkat manapun akan memilih tinggal dan menetap di negara maju. Negara maju lebih diimpikan daripada negara berkembang dengan berbagai alasan, misalnya pendapatan perkapita penduduk negara maju lebih tinggi dibanding negara berkembang, angka pengangguran rendah, kesenjangan sosial rendah, sarana dan prasarana memadai, kualitas penduduknya tinggi dan kuantitasnya rendah karena tingkat kelahiran terkontrol.

Intinya negara maju adalah negara dengan penduduk yang menikmati standar hidup relatif tinggi dan ekonomi yang merata serta tidak bergantung pada negara lain.

Dilihat dari slogannya, tampaknya presiden Jokowi sangat berambisi membawa Indonesia maju dan berdaya saing tinggi dengan negara-negara maju lainnya. Dalam beberapa sektor mungkin Indonesia kalah dengan negara tetangga yang sudah lebih dulu maju, tapi dalam banyak hal Indonesia lebih unggul dari negara-negara tersebut.

Indonesia sebagai negara dengan luas 1.905 juta km² dan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia,  sebagaimana dikutip dari laman Wikipedia bahwa penduduk Indonesia sekitar 268.074.600 jiwa, tersebar di enam belas ribu pulau yang membentang di berbagai daerah bagian Indonesia, dengan ditopang sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat memadai.

Untuk itu Indonesia sangat berpeluang menjadi negara maju mengalahkan Singapura, Vietnam atau Malaysia yang seharusnya berada di bawah Indonesia. Namun kenapa kenyataannya Indonesia kalah maju dari negara-negara tersebut?

Hasil renungan penulis, sekurang-kurangnya ada tiga alasan logis yang menjadi penghambat kemajuan Indonesia. Bahkan alasan itu bukan hanya penghambat. Lebih dari itu ia bisa menjadi ancaman bagi keberlangsungan dan eksistensi negara ini jika tidak diatasi dengan serius.

Pertama, Diskursus dan perdebatan mengenai ideologi bangsa yang terus mengalir menjadi sebab prinsip ketertinggalan bangsa ini. Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa yang sudah dianggap final nyatanya masih disangsikan oleh beberapa kelompok, diperdebatkan dalam banyak forum dan diupayakan adanya pergantian. HTI dkk adalah representasi dari gerakan ini.

Meskipun ormas tersebut sudah dibubarkan oleh pemerintah, namun sisa-sisa simpatisannya terus menghantui kita. Yang terbaru adalah bahwa kelompok yang berafiliasi/sejalan dengan HTI berhasil menyelenggarakan pertemuan tingkat nasional di kabupaten Bangkalan.

Selain perdebatan mengenai ideologi bangsa, perdebatan persoalan-persoalan non-prinsipil (furuiyah) seperti hukum perayaan maulid, tahlil, dan lain-lain juga menjadi penyuplai lambatnya kemajuan Indonesia, karena fenomena ini banyak menguras tenaga dan pikiran beberapa kalangan sehingga ruang berpikir untuk kemajuan negara ini menjadi sempit bahkan terabaikan.

Kedua, kurang kesadaran sebagian masyarakat akan urgensi usaha bersama untuk mewujudkan kebangkitan negara ini juga menjadi salah satu sebab lambatnya kemajuan. Kelompok ini menjadikan untung dan rugi sebagai orientasi dan target dari setiap tindakan. Mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi/kelompok daripada kepentigan bangsa.

Mereka menganggap bahwa kemajuan negara adalah tugas pemerintah semata. Padahal kemajuan ini adalah tugas bersama yang saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Petani misalnya, berperan sangat vital dalam negara ini. Tanpa mereka kita akan tergantung pada negara lain dalam hal pangan.

Butuh sinergi antara pemerintah dan rakyat demi kepentingan bersama untuk kemajuan bangsa. Tidak etis jika rakyat hanya selalu menjadikan pemerintah sebagai kambing hitam dalam keterpurukan ini. Sikap seperti ini memecah fokus pemerintah dalam bekerja.

Di sisi lain, sangat zalim jika pemerintah menyalahgunakan kepercayaan dan mandat rakyat dalam mengelola negara dengan baik. Melalui wewenangnya pemerintah harus menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai orientasi dari setiap keputusannya.

Ketiga, Penyebab yang sangat fundamental penghambat kemajuan Indonesia adalah masalah korupsi. Memang, dari tahun ketahun Indeks Persepsi Korupsi Indonesia mengalami penurunan, dan ini perlu kita syukuri. Namun bukan berarti kita harus puas karena tingkat korupsi di Indonesia masih sangat tinggi.

Dikutip dari laman voaindonesia.com, Indonesia menduduki urutan ke-89 sebagai negara tidak korup di dunia dan di urutan keempat negara tidak korup se-Asia Tenggara, di bawah Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia di posisi ketiga.

Bukan sesuatu yang ajaib jika negara yang sangat kecil dengan kekayaan alam yang minim seperti Singapura dan Malaysia, rakyatnya lebih sejahtera dari Indonesia yang sangat kaya dengan SDA. Sebab utamanya adalah tingkat  korupsi negara-negara tersebut tidak separah Indonesia.

Ke depan, semoga tiga problem di atas serta problem-problem penghambat kemajuan lainnya segera teratasi sehingga Indonesia maju bukan hanya semboyan, tapi benar-benar dirasakan oleh kita semua.

 

*Pengasuh NGAJI SUNNAH 1926 (youtube)

ideologibangsa indonesia indonesiamaju

Related Post

Leave a reply