Keniscayaan Melek Digital bagi Guru

1059 views
Keniscayaan Melek Digital bagi Guru

Sumber: pexels.com

Muzakki*

 

Dari waktu ke waktu, dunia mengalami penyempitan dan waktu mengalami percepatan.

Dengan berbagai variannya, revolusi industri berdampak pada sempitnya dunia dan singkatnya waktu. Dulu kita mengenalnya sebagai globalisasi.

Jika pada abad 17 ke belakang jarak tempuh 40 KM harus ditempuh berhari-hari, maka berbalik drastis dengan saat ini yang hanya butuh waktu tempuh dalam hitungan menit. Bahkan, perjalanan yang dulunya memakan waktu tempuh berbulan-bulan, saat ini bisa kita tempuh dalam hitungan jam, atau menit. Ini salah satu bonus nyata dari revolusi industri.

Apa itu revolusi Industri? Secara sederhana, revolusi industri adalah perubahan besar dalam cara manusia memproduksi barang yang berdampak pada kemudahan dan percepatan proses produksi sehingga menghasilkan keuntungan ganda.

Sejarah mencatat, sejauh ini revolusi industri terjadi empat tahap. Fase pertama disebut 1.0, fase kedua 2.0, fase ketiga 3.0 dan fase ke empat 4.0

Dikutip dari bebagai sumber, revolusi industri 1.0 terjadi pada abad ke-18, yang ditandai dengan penemuan mesin uap. Seiring ditemukannya mesin uap, ketergantungan manusia terhadap tenaga otot, angin dan air dalam menggerakkan atau memproduksi barang beralih pada tenaga uap. Alat transportasi yang dapat menyambungkan kebutuhan antar negara seperti kapal laut yang awalnya tergantung pada tenaga angin kini berubah ke tenaga uap.

Konon, dengan mengandalkan tenaga angin perlayaran dari Belanda ke Indonesia dan dari Indonesia ke Belanda butuh waktu tempuh satu tahun. Dengan beralih ke mesin uap, perjalanan itu hanya bisa dipangkas hingga dua bulan.

Pada awal abad dua puluh dunia industri kembali mengalami revolusi disebut dengan istilah 2.0 yang ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga uap pun lalu tergantikan. Tahap berikutnya adalah revolusi industri ketiga (3.0) yang ditandai dengan penemuan mesin yang dapat bergerak dan berpikir sendiri (robotika dan komputerisasi) yang menjadi pembantu bahkan menggantikan peran manusia dalam memproduksi barang.

Pada abad milenial ini, dimulai sejak tahun 2010-an kita berada pada revolusi industri level empat yang dikenal dengan istilah revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemunculan komputer super, robot pintar, kendaraan tanpa awak, editing genetic dan lain-lain.

Jika pada industri 3.0 kita menggunakan perangkat elektronik seperti komputer personal (personal computer), maka pada industri 4.0 sebagai perkembangan dari 3.0 kita sudah beralih pada ponsel pintar (smart phone) yang dapat tersambung dengan semua perangkat sejenis di seluruh dunia dalam waktu yang bersamaan sehingga dapat mentransfer data dalam hitungan detik ke berbagai belahan dunia.

Industri 4.0 membawa banyak manfaat dan mengubah banyak hal dalam sistem kehidupan manusia termasuk dalam sistem pembelajaran atau pendidikan.

Guru, sebagai sumber pengetahuan, dan sekolah sebagai tempat menimba ilmu kini mengalami pergeseran karena murid dengan hanya puluhan ribu rupiah dapat membeli paket internet, lalu mengakses ilmu pengetahuan dari sumber manapun dan di manapun. Ini bisa menjadi biang merosotnya perhatian murid terhadap guru dan pelajaran di sekolah.

Guru harus mengantisipasi dan berusaha agar anak didik tetap menjadikan guru sebagai honorable figure yang harus dihormati, bukannya malah dianiaya. Guru harus menjadi sumber pengetahuan, bukannya bahan tertawaan. Guru akan menjadi bahan tertawaan jika guru Gaptek (gagap teknologi). Dan yang menyedihkan adalah, guru dikriminalisasi sedemikian rupa oleh anak didiknya karena mereka sudah tidak menjadikan guru sebagai sosok yang mesti dihormati. Naudzubillah.

Dunia pendidikan harus melakukan terobosan-terobosan baru sebagai respons terhadap era digital. Pemerintah harus mendorong para pelaku pendidikan (lebih-lebih guru) untuk tanggap menghadapi revolusi industri ini, salah satunya adalah dengan melaksanakan literasi digital/elektronik.

Mau tidak mau, guru abad ini harus mampu mengoperasikan perangkat-perangkat elektronik. Guru tidak cukup hanya menguasai materi pembelajaran, tetapi dia pun harus mampu menyampaikan materi itu dengan cara yang terkini, cara yang menarik dan tidak membosankan, sehingga murid senang dan semangat di dalam menerima materi yang disampaikan. Guru harus terus melakukan inovasi-inovasi.

Dan yang tak kalah penting, di tengah kegersangan rohani dan krisis moral para pelajar yang dibuktikan dengan banyaknya tindakan-tindakan anarkistis yang dilakukannya kepada guru, maka guru dituntut untuk selalu memberikan bimbingan spiritual dengan memberikan teladan yang baik, karena teladan baik (uswah hasanah) inilah yang barangkali tidak mereka temukan di dunia maya. Justru dunia maya banyak berdampak negatif terhadap spritualitas pelajar.

Sederhanya, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa di samping revolusi industri 4.0 banyak membawakan manfaat dan mudarat, jaringan internet dan elektronik yang sangat digandrungi oleh para pelajar, maka guru harus mampu mengoperasikan dan memaksimalkan pemanfaatan perangkat elektronik dan internet dalam menyampaikan materi. Dan senantiasa memberikan contoh perilaku baik baik yang tidak mereka temukan di internet agar moral mereka tidak tergerus oleh pesatnya  digitaliasasi ini.

 

*Pengasuh NGAJI SUNNAH 1926 (youtube)

eradigital guru melekdigital

Related Post

Leave a reply