Faktor Keperkasaan Indonesia atas China pada Thomas Cup 2020

926 views

Indonesia membukukan kemenangan meyakinkan atas China pada gelaran Thomas Cup yang baru saja usai (17/10/21) di Ceres Arena, Aarhus, Denmark.

Keperkasaan Indonesia atas China pada Thomas Cup

Foto @pexels.com

Dengan kemenangan ini, Indonesia menjadi negara dengan koleksi trofi terbanyak (14 trofi) dalam ajang bulu tepok yang berlangsung sejak tahun 1948 tersebut. Di posisi kedua ditempati China dengan 10 trofi.

Kemenangan tersebut, selain mengakhiri paceklik gelar Indonesia sejak tahun 2002, juga menandai keperkasaan Indonesia atas China pada sektor bulutangkis putra. China dibuat tak berdaya menghadapi gempuran tim bulu tangkis putra Indonesia sejak gim pertama. Di laga pembuka, Indonesia menurunkan andalan pertama Anthony Sinisuka Ginting. Di lain pihak, China yang kehilangan Shi Yu Qi dan Chen Long karena cedera harus menurunkan pasukan muda yang minim pengalaman.

Ginting memang sempat tertatih menghadapi Lu Guang Zu di gim pertama. Namun, pada gim kedua dan ketiga Ginting berhasil menunjukkan talenta terbaiknya dengan kemenangan meyakinkan (18-21, 21-14, dan 21-16). Begitu pun dengan pasangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang berhasil menekuk pasangan dadakan China, Hi Ji Ting/Zhou Hao Dong, dengan dua gim langsung (21-12 dan 21-19). Di laga penentuan, Jonathan Christie menyudahi perlawanan Li Shi Feng dengan skor 21-14, 18-21, dan 21-14.

China yang sangat perkasa pada beberapa ajang kompetisi bulutangkis dalam beberapa tahun terakhir harus merelakan trofi Thomas Cup 2020 jatuh ke tangan Indonesia. Apa saja faktor keperkasaan Indonesia atas China pada Thomas Cup kali ini?

1. Faktor Cedera

Di partai final, China harus kehilangan Shi Yu Qi yang mengalami cedera. Shi Yu Qi tak bisa melangkah lebih jauh pada Thomas Cup kali ini sekalipun timnya melaju ke babak final.

Ia mengalami cedera saat meladeni unggulan pertama Jepang, Kento Momota, pada babak semi final. Sebelumnya, unggulan tunggal pertama China yang berhasil menembus hingga laga final pada Olimpiade Tokyo 2020 silam, Chen Long, juga cedera. Walhasil, China melangkah dengan pincang di babak final Thomas Cup 2020, dan ini benar-benar dimanfaatkan oleh tim Indonesia.

2. Faktor Atmosfir Pendukung

Eropa memiliki tuah tersendiri bagi tim Indonesia. Eropa seperti menjadi rumah kedua bagi Indonesia yang memberi banyak gelar dan kenyamanan bermain. Memang, khusus untuk Thomas Cup, secara umum trofi Indonesia diraih di kandang, dan lainnya di Asia. Namun, dalam dalam beberapa ajang yang mempertandingkan individu, seperti level masters dan cup, Indonesia meraihnya di Eropa.

Kenyamanan atmosfir ini terutama didukung oleh kehadiran pendukung yang membludak dan bersorak memberikan support sepanjang laga tersaji. Para pemain, tentu saja, merasa memiliki motivasi lebih untuk memenangkan tiap pertandingan yang dijalani.

3. Faktor Revans

Sejak terakhir kali menjuarai Thomas Cup pada 2002 di China, Indonesia belum sekali pun merasakan duduk di kursi kampiun. Waktu itu, Indonesia mengandaskan Malaysia dengan skor 3-2. Setelah itu, posisi terbaik Indonesia hanya di posisi dua, dan penjegal utamanya adalah China dan Malaysia. Maka, faktor rivans termasuk yang paling memengaruhi performa dan kesungguhan tim Indonesia dalam meraih trofi Thomas Cup 2020.

indonesiajuara thomascup thomascup2020

Related Post

Leave a reply