Hybernasi.com –Modal Bisnis. Pada dasarnya, setiap kegiatan bisnis selalu mengharapkan imbalan/laba (expected return) yang besar. Namun jangan lupa bahwa semakin besar laba yang diinginkan, semakin besar pula risiko yang harus ditanggung (the riskier the investment, the higher the expected return). Karena sesungguhnya, laba atau rugi adalah bagian risiko. Dengan kata lain, keduanya masuk dalam ruang lingkup risiko. Bagaimanakah agar bisnis dan usaha tetap normal sesuai dengan ekspekstasi manajemen? Kali ini Hybernasi akan berbagi tips dan cara mengatur modal dan keuntungan agar keduanya berjalan di jalur bisnis yang sehat.
Pada perusahaan yang sudah besar (settled), kata modal selalu diasosiasikan dengan modal kerja. Namun, banyak pebisnis dan pengusaha yang mengalami kesulitan untuk menetapkan konsep atau definisi modal kerja yang dapat dijalankan secara praksis dan mudah. Hal tersebut, terutama, karena umumnya mereka tidak bisa membedakan antara nilai selisih antara aktiva lancar dan nilai utang lancar.
Untuk itu, sebelum menyelami tema cara mengatur modal dan keuntungan, ada baiknya dipahami terlebih dahulu pengertian modal kerja. Dan pengertian yang akan diberikan dibawah ini disarikan dari berbagai sumber, baik dari buku, jurnal penelitian, atau artikel-artikel populer. Agar apa? Agar penjelasan ini, tentu saja, berangkat dari konsep yang matang, dari hasil studi yang mendalam. Dengan begitu, uraian-uraian berikut ini barangkali akan cenderung lebih bersifat teoritis ketimbang praktis. Namun demikian, artikel ini sedikitnya mampu menjawab pertanyaan, “cara mengatur modal dan keuntungan”.
Definisi Modal
Secara mendasar, modal dikategorikan ke dalam dua kelompok utama;
1. Working Capital
Working Captal adalah penanaman modal (investasi) perusahaan pada aktiva lancar (current assets), yang umumnya menyasar komponen: kas, persediaan, piutang yang menghasilkan keuntungan cepat (current income), dan sekuritas yang gampang dipasarkan.
2. Non Working Capital
Non Working Capital berarti penanaman modal perusahaan pada suatu aktiva tetap, namun tidak mendatangkan current income.
Konsep Dasar Modal Kerja
Di samping dua kategori utama yang disebutkan di atas, agar modal kerja dapat lebih mudah dipahami terdapat beberapa konsep dasar yang secama umum dijadikan patokan;
1. Modal Kerja Bersih
Modal Kerja Bersih, dikenal juga dengan istilah Net Working Capital, adalah selisih positif dan negatif antara Current Liabilities dan Current Assets. Yakni, jika Current Assets bernilai lebih besar ketimbang Current Liabilities, maka Net Working Capital bernilai positif.
Pengertian sederhananya adalah: jika aset perusahaan Anda lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, maka modal kerja bersih Anda masih berada dalam jalur yang benar. Artinya, modal perusahaan Anda sudah tertutupi oleh kegiatan bisnis yang Anda jalankan.
2. Modal Kerja Kotor
Modal Kerja Kotor (Gross Working Capital) ini secara umum diterjemahkan ke dalam bentuk investasi perusahaan pada jalur aktiva lancar, misalnya surat berharga, piutang, equivalent cash, kas, dan persediaan.
Tentu saja, kunci keberhasilan bisnis terletak pada manajemen atau pengaturan modal. Suatu perusahaan akan terus berada pada lajur aktiva lancar selama ia dikendalikan dan disokong oleh manajemen yang bagus. Untuk itu, berikut ini kisi-kisi dan cara mengatur modal agar bisnis Anda terus bergerak ke arah aktiva lancar yang berkesinambungan.
Cara Mengatur Modal
Terkait dengan manajemen modal, terdapat beberapa pendekatan yang dapat Anda terapkan. Dan setiap pendekatan pasti berdampak pada kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
1. Pendekatan Konservatif
Pendekatan ini, yakni pendekatan konservatif (conservative approach), menyatakan bahwa semua kebutuhan aktiva lancar permanen diambilkan dari modal jangka panjang. Dengan kata lain, jika perusahaan Anda sedang berada trayek yang positif, dan pada saat bersamaan Anda memerlukan modal untuk pengembangan unit bisnis Anda, lalu jalan yang Anda tempuh adalah dengan melubangi modal yang sudah masuk daftar modal jangka panjang perusahaan.
Terdapat kelemahan pada pendekatan ini, misalnya, rapuhnya pendanaan perusahaan untuk agenda-agenda ekspansi yang sudah ditargetkan dalam manajemen.
2. Pendekatan Agresif
Sesuai dengan namanya, pendekatan agresif (aggressive approach) menekankan pada agresifitas aktiva lancar melalui skema pendanaan aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen. Strategi ini ditempuh, salah satu alasannya, adalah agar perusahaan dapat memeroleh dan mendapatkan sumber pendanaan dari utang jangka pendek yang lebih murah.
Kelemahanannya adalah; a) perusahaan selalu dalam intaian ancaman suku bunga pinjaman yang tidak menentu, dan b) jika perusahaan gagal membayar utang saat jatuh tempo –karena beban bunga yang besar misalnya, maka perusahaan akan mengalami kendala atau masalah saat akan memperpanjang dan memperbarui status pinjaman/utang.
3. Pendekatan Jatuh Tempo
Pendekatan ini seringkali disebut sebagai maturity matching approach, yakni suatu pendekatan yang menitikberatkan kepada ketepatan pembayaran beban –utang, misalnya. Dengan kata lain, jika utang sudah jatuh tempo, maka segeralah untuk dilunasi. Model pendekatan ini juga kerap diserupakan dengan pendekatan self liquidity (likuidasi sendiri).
Kelemahan pendekatan ini, tentu saja terkait dengan aktivitas aktiva perusahaan. Kita tahu bahwa aktiva lancar perusahaan tidak selamanya berada pada trek menanjak. Dia juga, karena satu dan lain hal, bisa terjerembab ke dalam trek aktiva negatif.
Dari ketiga pendekatan di atas, mana yang kira-kira akan Anda ambil atau tempuh? Yang jelas bahwa ketiga pendekatan memiliki kelemahan. Namun begitu, terdapat beberapa perusahaan yang mencoba mengambil jalan tengah. Misalnya dengan mengambil seluruh pendekatan, seraya memikirkan dan menyiapkan jalan keluar dari masing-masing pendekatan.
Lalu, bagaimanakah dengan pengaturan keuntungan? Simak kelanjutannya berikut ini.
Cara Mengatur Keuntungan
Pengaturan keuntungan/manajemen laba sesungguhnya terkait erat dengan usaha pelipatgandaan keuntungan perusahaan. Tanpa menerapkan earnings management yang baik, perusahaan tidak akan disambut publik dengan baik.
Perusahaan-perusahaan yang sudah go public dan melempar sahamnya ke tengah masyarakat, mau tidak mau dia harus membuat laporan keuangan yang riil di mana masyarakat dapat mengakses dan membacanya secara terbuka. Nilai lebihnya, jika masyarakat menilai bahwa nilai saham perusahaan dianggap layak beli maka perusahaan akan memeroleh keuntungan besar dari hasil penawaran perdana (IPO/initial public offerings) atau pada saat seasoned equity offerings (SEO)
Lalu, bagaimanakah cara mengatur keuntungan/laba tersebut? Berikut tipsnya;
1. Ketahui Rasio Laverage
Apa sih itu laverage? Laverage adalah rasio antara total aset dan total kewajiban. Praktiknya, semakin besar nilai laverage suatu perusahaan, semakin besar pula nilai tanggungan/utang perusahaan.
2. Ketahui Discretonary Accruals
Sebuah perusahaan yang sudah melakukan seasoned equity offerings akan mengalami kinerja yang berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Jika perusahaan mengalami penurunan kinerja setelah melakukan SEO, perusahaan harus dievaluasi.
Namun, memang banyak temuan penelitian yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan cenderung menurun pasca SEO. Ini terutama didorong oleh aktivitas usaha yang cenderung ekstra agar laporan keuangan menjelang SOE terlihat bagus, sementara setelahnya berjalan normal-normal saja.
Baca juga: Cara Mengatur Keuangan Usaha dan Rumah Tangga
Akhirul Kata
Itulah beberpa beberapa cara mengatur modal dan keuntungan agar perusahaan tetap berada pada jalur plan keuangan yang profitable. Tanpa pengaturan yang tepat, perusahaan akan berisiko pada penurunan performa laba pada masa-masa mendatang.
Demikian, semoga bermanfaat!
aktiva aktiva lancar cara mengatur modal dan keuntungan keutungan mengatur modal modal modal dan keuntungan modal kerja bersih perusahaan