Apa yang Dimaksud dengan Kriptografi? Berikut Penjelasannya!

378 views

Hybernasi.com –Kriptografi. Istilah kriptografi (cryptography) mulanya terserap dari bahasa Yunani. Ia berasal dari dua suku kata, yakni kripto (menyembunyikan) dan graphia (tulisan). Di dalam operasinya, kriptografi memanfaatkan matematika dan algoritma. Kriptografi umumnya dimanfaatkan untuk menjaga kredibilitas data, autentikasi data, kerahasiaan data, dan integritas data. Lalu, sebetulnya apa yang dimaksud dengan kriptografi? Berikut penjelasan ringkasnya!

Apa yang Dimaksud dengan Kriptografi

 

Pengertian Kriptografi

Apa itu kriptografi? Kriptografi merupakan metode enkripsi yang memanfaatkan kode-kode matematik dan algoritmik dengan tujuan melindungi komunikasi dan informasi di antara para penggunanya.

 

Dalam khazanah keilmuan komputer, kriptografi sendiri mengacu pada keamanan informasi dan teknik komunikasi berbasis algoritma, tentu dengan tujuan mengubah sistem pesan (messaging) dengan menggunakan metode yang rumit. Algoritma seperti ini kemudian dikenal dengan sebutan algoritma deterministik.

 

Dalam operasi kriptografi, algoritma deterministik dimanfaatkan untuk menciptakan penandatanganan digital, kunci kriptografi, sistem verifikasi untuk menciptakan perlindungan kerahasiaan data, penelusuran website atau situs, serta komunikasi rahasia layaknya transaksi yang dilakukan melalui surel (email) atau kartu kredit.

 

Teknik Kriptografi

Cryptography terkait erat dengan khazanah ilmu kriptanalisis dan kriptologi. Teknik kriptografi, kemudian, juga meliputi berbagai teknik semisal microdot (penggabungan unsur gambar dan kata) dan teknik-teknik penyembunyian informasi pada sistem memori (penyimpanan).

 

Di lain pihak, di mana sistem komputasi telah menjadi pusat segala aktivitas digital manusia modern, cryptography kerap kali dikaitkan dengan sistem pengacakan teks (kerap disebut sebagai teks biasa atau teks-jelas) untuk dijadikan sebagai teks sandi (proses ini disebut enkripsi). Lalu, pengacakan teks ini berulang ke posisi semula kembali (dekripsi). Praktisi cryptography ini kemudian dikenal sebagai kriptografer.

 

Sejarah Kriptografi

Berdasarkan catatan yang dapat dilacak pada kerajaan Yunani masa lalu, kriptografi telah ada sejak tahun 400 SM (Sebelum Masehi). Masa ini dianggap sebagai masa keemasan kerajaan Yunani. Dalam masa tersebut, di Yunani ditemukan sebuah alat enkripsi bernama Scytale. Bentuk Scytale sendiri diyakini serupa batangan silinder yang menyimpan dan mengoperasikan 18 huruf secara kombinatif.

 

Selanjutnya, sejarah kriptografi dapat ditelusuri pada masa kerajaan Romawi, lebih-lebih sejak Raja Julius Caesar naik tahta. Menurut berbagai sumber, raja Julius Caesar secara sangat intensif menggunakan sistem kriptografi sejak kerajaannya berada dalam ancaman disabilitas yang kian meluas. Di masa Romawi ini, kriptografi memang tidak dioperasikan dengan teramat rumit sebagaimana yang dipraktikkan oleh kerajaan Yunani, namun ia tetap saja terbilang sulit untuk ukuran masa tersebut.

 

Berdasarkan hasil pelacakan unsur kesejarahan tersebut di atas menunjukkan bahwa sejak mula cryptography diinisiasi dan dijalankan untuk memuluskan misi pengamanan informasi. Itu garis besarnya. Dan dalam perkembangan belakangan, cryptography telah menjelma menjadi sistem enkripsi dan dekripsi yang canggih, yang dapat melindungi data antar-penggunanya sedemikian rupa.

 

Kecanggihan sistem kriptografi belakangan tentu tak bisa dilepaskan dari kemajuan sistem digital dan komputasi. Kemajuan ini tentu kian menjamin keamanan, kerahasiaan, dan keotentikan para pihak yang saling terlibat dalam sistem tersebut. Kemungkinan bocornya kerahasiaan dan keamanan data hanya terjadi bilamana para pihak yang terlibat dalam pembuatan cryptography membukanya kepada pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan.

 

Pengertian Enkripsi dan Dekripsi

Kriptografi adalah seni menjaga keamanan, kerahasiaan, dan keotentikan pesan. Cryptography diciptakan dalam rangka menjaga merajut kepercayaan bersama, dengan basis digital. Dan sebagaimana dijelaskan di muka, kriptografi menggunakan teknologi enkripsi dan dekripsi dalam wilayah operasionalnya. Berikut pengertian enkripsi dan dekripsi yang bisa Anda simak.

 

Enkripsi

Enkripsi adalah pengolahan plaintext menjadi ciphertext. Apa itu plaintext? Secara singkat, plaintext adalah pesan yang bisa dibaca, sementara ciphertext adalah pesan dalam skema acak yang sulit atau bahkan cenderung tidak bisa dibaca.

 

Dekripsi

Sementara itu, secara sederhana, dekripsi adalah kebalikan enkripsi. Dekripsi, dengan demikian, ialah proses mengolah ciphertext (tulisan acak) menjadi plaintext (terbaca). Proses pengolahan dekripsi ini menggunakan algoritma pembalik, namun dengan metode yang sama.

 

Tujuan Kriptografi

Setelah di muka dijelaskan mengenai pengertian kriptografi, penting bagi kita untuk juga mengetahui tujuan diciptakannya kriptografi. Sekalipun sudah dijelaskan secara sekelumit, namun akan dijelaskan lagi tujuan-tujuan pokok kriptografi. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

 

Kerahasiaan

Kerahasiaan adalah hal pertama atau tujuan pokok dari diciptakannya kriptografi. Apa yang dirahasiakan? Informasi. Ya, menjaga agar informasi tetap rahasia tujuan pertama sejak ditemukannya cryptography. Tentu saja, para pihak yang terlibat dalam kriptografi memiliki akses khusus untuk membuka. Untuk itu, kerahasiaan ini memang hanya melibatkan mereka yang berkepentingan secara langsung.

 

Integritas Data

Tujuan cryptography selanjutnya terkait dengan penjagaan integritas data. Maksudnya, data dijaga agar tidak ada perubahan. Sebagai misal, integritas data dijaga dari upaya peretasan para peretas (hacker). Supaya data tetap terjaga, maka dibutuhkan sebuah sistem yang dapat melakukan deteksi dini terhadap manipulasi data. Manipulasi data dimaksud dapat berupa penghapusan, penyisipan, atau penggantian data lain sehingga data asli berubah.

 

Autentikasi

Istilah autentikasi terkait dengan identifikasi atau pengenalan, baik untuk seluruh kesatuan sistem atau hanya untuk informasi itu sendiri. Maka, bagi kedua belah pihak yang terlibat komunikasi wajib saling mengenal. Untuk itu, informasi atau berita tentang masing-masing pihak via kanal mau tidak mau harus melewati tahapan autentikasi.

 

Non-Repudiasi

Tujuan cryptography yang terakhir ialah non-repudiasi. Ini disebut juga dengan istilah “anti-penyangkalan”. Non-repudiasi ini dimaksudkan agar terdapat suatu ikhtiar untuk mencegah terjadinya penyangkalan terhadap informasi oleh pihak pengirim. Penyangkalan ini berfungsi mencegah terjadinya penipuan informasi.

 

Baca juga: Cara Mengatur Modal dan Keuntungan Bisnis

 

Jenis-Jenis Kriptografi

Terdapat beberapa jenis cryptography yang perlu Anda ketahui. Secara umum, ada tiga jenis kriptografi, yakni:

 

Simetris

Kriptografi simetris atau kripto polyalphabetic merupakan salah satu cryptography kunci. Jenis kriptografi ini juga populer dengan sebutan kode hill (hill cipher) atau kode hill. Penemunya adalah Lester S. Hil pada kisaran 1929. Lester S. Hil menuturkan, ia sengaja menciptakannya agar tidak gampang dipecahkan walaupun pemecahnya memanfaatkan metode analisis frekuensi.

 

Asimetris

Jenis kriptografi selanjutnya adalah kriptografi asimetris, yang konon menggunakan dua mata kunci. Algoritmanya bekerja secara publik (kunci publik) dan sekaligus kunci rahasia. Kedua jenis atau mata kunci ini tentu berfungsi secara berbeda-beda. Kunci publik, misalnya, digunakan untuk enkripsi pesan. Kunci ini terbuka secara global dan dapat dilihat atau diakses siapapun saja. Sementara itu, kunci rahasia adalah kebalikan kunci publik. Yakni bahwa ia rahasia dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu belaka.

 

Hibrid

Kriptografi hibrid demi memenuhi keperluan mengatasi terjadinya trade off antara kenyamanan dan kecepatan. Dengan kata lain, kian aman kriptografi, sesungguhnya ia kian tidak nyaman. Begitu pula kian nyaman sebuah kriptografi, kian tidak aman ia beroperasi.

cryptography data dimaksud dengan kriptografi enkripsi dan dekripsi integritas data kriptografi

Related Post

Leave a reply