Hybernasi.com. –Pengertian Hilal. Tiap kali hendak memasuki Ramadhan, hal yang sering diributkan adalah soal penetapan tanggal satu atau awal Ramadhan. Dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar di Tanah Air, NU dan Muhammadiyah, kerap berbeda pandangan terkait metode penetapan awal Ramadhan tersebut. Karena perbedaan metode ini, tak jarang pula sikap kedua ormas membawa implikasi sosial bagi masing-masing umat. Terkait dengan persoalan penetapan awal bulan tersebut, Hybernasi akan berbagi pengetahuan seputar “Apa yang dimaksud dengan hilal” –tentu berdasarkan pandangan umum yang berlaku dalam kalangan umat Islam.
Pada Ramadhan 2022 ini, pemerintah menjatuhkan awal Ramadhan pada tanggal 3 April. Sidang isbat yang dimpimpin Menag memutuskan, hari Ahad adalah tanggal satu Ramadhan. Kenapa Kemenag akhirnya memutuskan tanggal 3 April sebagai awal Ramadhan, bukannya tanggal 2 sebagaimana keputusan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah?
Sejak beberapa bulan yang lalu, Muhammadiyah memang sudah memutuskan bahwa awal Ramadhan akan jatuh pada tanggal 2 April 2022. Keputusan ini adalah keputusan final, karena Muhammadiyah menggunakan metode Hisab dan mengabaikan rukyatul hilal –termasuk penentuan awal dan akhir pada tiap-tiap bulan Hijriyah/Kamariyah.
Di lain pihak, sebagaimana biasa, NU selalu “datang paling lambat” dalam memberikan keputusan awal Ramadhan. Itu tentu bukan tanpa alasan. Penetapan awal Ramadhan ala NU memang mau tak mau harus diputuskan pada detik-detik akhir, karena NU berpedoman kepada rukyatul hilal. Dan rukyatul hilal hanya bisa dilakukan pada awal atau akhir masing-masing bulan. Itu sebabnya NU selalu telat, sebagaimana telatnya NU dalam memutuskan hari raya.
Tidak bisakah kedua ormas duduk satu meja agar problema tahunan ini tidak terus terulang? Uraian di bawah ini hanya akan menjelaskan secara sederhana pengertian hilal, syarat-syarat, juga fase-fase bulan yang sudah kita kenal selama ini.
Apa yang Dimaksud dengan Hilal?
Secara umum, yang dimaksud dengan hilal adalah penampakan bulan sabit pada tiap tanggal satu dalam sistem penanggalan kamariah. Dengan demikian, hilal tidak hanya tertentu bagi bulan Ramadhan. Hilal adalah fenomena yang terjadi setiap awal atau pergantian bulan.
Secara bahasa, kata hilal terbentuk dari tiga suku kata Arab, yaitu ha–lam–lam, dari verba Halla –dengan arti bulan sabit.
Di dalam al-Qur’an, kata hilal muncul dalam surat al-Baqarah ayat ke-189, yaitu:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ
Mereka bertanya kepadamu tentang Ahillah. Katakanlah: Ahillah (bulan sabit) itu adalah penanda waktu bagi manusia dan (untuk ibadah) haji
Ayat ini memuat pertanyaan para sahabat Nabi tentang hikmah ahillah dan penciptaan. Nabi menjawab bahwa ahillah (bentuk plural [jamak] dari hilal) adalah sistem penanggalan umat Islam, yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk berbagai aktivitas peribadatan (termasuk haji).
Syekh Ali as-Shabuni menafsiri kata Ahillah sebagai layaknya benda yang teramat lembut, yang muncul dalam beberapa saat, dan kemudian raib kembali. Sayyid Quthub (pengarang tafsir Fi Zhilalil Qur’an) juga berpendapat serupa, dengan sedikit penekanan bahwa sekalipun kemunculan hilal layaknya benang; namun ia berkemungkinan terlihat oleh mata normal secara telanjang.
Kata lain yang maknanya dihubung-hubungkan dengan jenis bulan adalah kata urjuun al-qadiim (surat Yasin, ayat 39). Urjuun al-qadiim diartikan sebagai tandan tua.
Lalu apa perbedaan antara hilal dengan urjun qadim? Kalau hilal adalah penanda masuknya bulan baru; maka sebaliknya adalah urjun qadim, yakni sebagai tanda bahwa bulan sudah tua. Penampakan keduanya pun agak mirip. Yang membedakan adalah posisi bulan. Bagi kita yang hidup di Indonesia, posisi bulan itu secara sederhana digambarkan: hilal berada di langit sebelah barat, sedangkan urjun qadim berada di posisi timur.
Menentukan Posisi Hilal

Sumber foto: ifnubojonegoro.com
Terdapat sekurangnya 2 prinsip yang harus dipenuhi untuk menentukan jenis bulan tersebut, yakni adakah dia hilal atau unrjun qadim. Pertama, imaknur rukyat; kedua wujudul hilal.
Imkanur rukyat adalah batas bawah di mana hilal berkemungkinan terlihat, sedangkan wujudul hilal merupakan eksistensi hilal pada posisinya sekalipun ia tidak terlihat. Untuk menentukan keduanya, terlebih dahulu dilakukan ijtimak (memastikan posisi matahari, bulan, dan bumi berada pada satu tarikan garis bujur) pada hari ke-29. Kapan ijtimak ini dapat dipastikan?
Nah, jika ijmitak terjadi setelah azan magrib berkumandang, maka usia bulan pada penanggalan Hijriyah adalah 30 hari. Sebaliknya, jika ijtimak terjadi sebelum magrib, perhitungannya adalah menentukan posisi relatif antara matahari, bumi, dan bulan di saat magrib.
Jika posisi hilal adalah -2, maka tanggal baru adalah keesokan lusanya. Sebaliknya, jika posisi hilal adalah +2, maka tanggal baru akan berlaku mulai esok hari. Adapun karakteristik bulan yang memenuhi syarat sebagai hilal adalah sebagai berikut.
Karakteristik Hilal

Sumber foto: atsar.id
- Keterbenaman bulan mendahului matahari. Jika posisinya demikian, setiap kesaksian atas hilal akan batal. Ini fenomena yang nyaris sulit dipercaya, dan di luar perhitungan.
- Keterbenaman matahari mendahului bulan. Pada posisi initerdapat kemungkinan penampakan hilal. Namun, tentu saja ketinggian hilal (di atas ufuk) harus diukur.
- Hilal terlihat sebalum konjungsi dan pasca keterbenaman matahari. Hilal jenis ini tidak dianggap sebagai hilal penanda awal bulan.
- Ketika terjadi konjungsi saat matahari gerhana, penampakan hilal dinilai lemah atau bias.
- Jika terjadi diferensiasi posisi hilal dalam suatu kawasan/teritori, perbedaan perlakuan bisa diberlakukan.
Fase-Fase Bulan

Sumber foto: facebook.com
Fase-fase bulan (phases of the moon) adalah sudut panadang manusia dari bumi terhadap bulan. Sudut pandang ini yang melatari kenapa bulan selalu tampak tak sama –baik kemunculan maupun bentuknya-, mulai awal hingga akhir bulan.
Di dalam sistem penanggala kamariah, fase-fase bulan berlangsung dalam beberapa tahap;
- Crescent (Hilal)
- First Quarter (at-Tarbi’ al-Awwal)
- First Gibbous (al-Ahdab al-Awwal)
- Full Moon (al-Badar)
- Second Gibbous (al-Ahdab ats-Tsany)
- Second Quarter (at-Tarbi’ ats-Tsany)
- Second Crescent (al-Hilal ats-Tsany)
- Wane (al-Mahaq/Fase Ijtimak)
Akhirul Kata
Perbedaan metodologi dalam menentukan hilal membawa dampak pada penentuan awal bulan atau awal Ramadhan. Namun, perbedaannya tidak akan mencolok terlalu jauh. Yakni, berkisar antara minus atau plus sehari.
Semoga bermanfaat.
bulan fase bulan fase-fase bulan hilal penetapan awal ramadhan posisi hilal ramadhan tanggal satu